HeartbreakeR

Saturday, March 04, 2006

Mencari...dan Terlambat

Manusia selalu berdiam dalam kebodohannya. ia mencari tapi tidak melihat padahal ia bisa melihat. bukan hanya melihat, ia juga bisa mendengar, mencium dan merasa. ia terus berjalan, mengira dirinya masih mencari. ia terus menyusuri jalan yang dipilihnya. apakah pilihan itu benar atau salah, ia tidak perduli. ia terus berjalan, ia terus mencari. menelusuri jalan berbatu, jalan penuh ilalang dan jalan yang lurus dan rata. setiap jalan berpotensi mengaburkan tujuan pencariannya karna terlalu berkonsentrasi pada jalan, rintangan yang dilaluinya. menebas ilalang, menyingkirkan bebatuan bahkan mengagumi jalan yang lurus dan rata. mungkin kakinya pernah luka, mungkin lututnya pernah letih dan mungkin semangatnya pernah hilang tapi ia terus berjalan. masih tanpa melihat, tanpa mendengar, mencium dan merasa. ketika malam ia mencari tempat berlindung seadanya, yang penting ia dapat memejamkan mata walau tanpa benar-benar tertidur. ketika pagi datang ia akan menentukan pilihan apakah ia akan terus berjalan atau beristirahat sebentar lagi saking nyamannya tempat berlindung yang ditemukannya.ketika ia tiba diujung jalan, ia bertemu persimpangan. ke kanan ada tebing berbatu tajam yang terlihat curam. ke kiri ada jurang yang dalam seperti tak berujung. ia harus memilih antara kanan atau kiri. kemudian ia berpikir jika ia kekiri maka ia akan mati terjatuh ke dalam jurang. ia tidak mau mati, ia pikir ia belum menemukan apa yang ia cari. manusia itu menengok kekanan, ke arah tebing berbatu. ia berpikir jika ini adalah ujung dari jalan yang selama ini ditempuhnya maka apa yang ia cari pasti ada diatas tebing. tebing itu bukan tebing sembarangan, jika ia sudah naik pasti tidak dapat turun lagi saking terjalnya tebing itu sedangkan ia tidak memiliki alat mendaki, ia hanya punya dua kaki yang akan dipakainya menanjak tebing berbatu tajam. awalnya ia takut sekali, ia ingin tinggal saja diujung jalan itu tapi kemudian ia berpikir, 'perjalananku sebentar lagi akan selesai. jalan berbatu, jalan penuh duri ilalang dan jalan yang rata dan lurus sudah kulalui. tebing ini adalah akhir dari pencarianku. setelah ini aku akan hidup bahagia karna aku sudah mendapatkan apa yang kucari selama hidupku'. manusia itu memutuskan untuk mendaki tebing terjal yang ada didepannya. dengan bersusah payah manusia itu terus mendaki dengan kedua kakinya. setelah tiba dipuncak tebing, ia berdiri melihat sekelilingnya. ia mencari apa yang ia cari. mencari diantara bebatuan tajam yang melukai tangannya. manusia itu tidak menemukan apa yang ia harap dapat ditemukan diatas tebing. ia menjadi sangat putus asa. ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat. ia tahu ia tidak akan dapat hidup tanpa mendapatkan apa yang ia cari. manusia itu menangis dipinggir tebing. ia melihat kebawah, curam sekali. ia sudah tidak dapat turun lagi.dari atas tebing ia dapat melihat setiap jalan yang sudah ia lalui. jalan berbatu, jalan penuh ilalang dan jalan yang lurus dan rata. ia juga dapat melihat tempat awal ia mulai berjalan. dari atas semuanya terlihat lebih jelas. manusia itu tidak menyangka matanya menangkap sesuatu di tempat awal ia mulai berjalan. kecil tapi jelas. ia melihat apa yang selama ia cari tepat di tempat awal ia mulai berjalan.manusia itu mengutuki mata, telinga dan hatinya yang tidak pernah melihat, mendengar dan merasa. juga kebodohan yang melekat pada dirinya. memaki keputusan untuk mencari. menghujat keterlambatannya dalam menyadari keberadaan apa yang ia cari. 'sudah terlalu jauh perjalananku', katanya. 'aku tahu aku tidak bisa kembali kesana untuk mengambil apa yang kucari. ia akan mati dan membusuk disana. sedangkan aku akan mati dan membusuk disini. yang bisa kulakukan sekarang adalah memutuskan bagaimana aku harus mati. aku menyesali jurang yang ada disebelah kiriku. seandainya aku memilih jurang tentu aku tidak perlu bersusah payah mendaki. aku hanya perlu jatuh.'. manusia itu berdiri ditepi tebing yang terjal. ia memilih caranya mengakhiri perjalanannya tanpa mendapat apa yang ia cari...

dedicated to : Daniel Michael Noya
Maaf sudah aku ucapkan beribu kali. Hanya sekali aku meminta untuk kembali. Terlambat, sudah terlalu banyak yang terlewat. Jangan pernah lupa pada penyesalan manusia ketika sekali saja ia tidak membuat keputusan yang benar dalam hidupnya, ia akan hancur karenanya.

Sometimes we have to let things go...

Kalau kau mengenalku, cobalah tanya pada mereka yang mengenalku tentang kalimat apa yang sering keluar dari mulutku? "Aku mau tanya..." Kalimat tanya memang bersahabat denganku beberapa waktu belakangan ini.Aku bertanya pada mereka tentang berbagai hal, aku bertanya tentang kehidupan, aku bertanya tentang kemana pengalaman membawa manusia pergi, aku bertanya tentang permainan perasaan dan hati manusia.Setiap detik kehidupanku merupakan pertanyaan, setiap hari yang kulalui adalah kata tanya dan setiap langkah yang kujalani merupakan pencarian jawaban.Aku bertanya, mereka menjawab. Lalu dari jawaban itu muncul pertanyaan baru.Bagiku, pertanyaan dan jawaban yang terlontar menggambarkan betapa rumitnya manusia.Pertanyaan yang terulang, Apakah jawaban itu benar?Kebenaran tidak terdapat disana, karena jika kebenaran itu ada maka pertanyaan akan terhenti.Nyatanya pencarian jawaban dan kegiatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan masih juga dijalani.Selalu ada makna dibalik kata, selalu ada tujuan dibalik tanya namun tidak kebenaran.Suatu ketika ada seorang manusia yang menghentikan kegilaanku bertanya-tanya, Seseorang itu berkata padaku, "Mungkin tidak semua pertanyaan memerlukan jawaban segera, mungkin jawaban datang kemudian hari, mungkin juga tidak terjawab, atau mungkin kita bertanya pada pribadi yang salah, mungkin juga bukan manusia yang mempunyai kapasitas untuk menjawab dan manusia tidak mempunyai kapasitas yang cukup untuk mengerti jawaban dari pertanyaan itu malah terkadang manusia menolak kebenaran dari jawaban itu karena tidak sesuai dengan yang ia inginkan..."...Terkadang hal seperti itu terjadi dan memang hanya sampai disitulah pencarian yang harus dilakukan. Terkadang semakin manusia bertanya semakin hilang jawaban yang ia cari. Semakin tenggelam dalam pertanyaan, sesuatu yang jauh lebih penting dari pertanyaan-pertanyaan akan semakin tidak terlihat. Bahkan yang jauh lebih buruk, semakin sering bertanya pada manusia yang lain, manusia akan terpaku pada jawaban manusia yang lain bukannya berusaha mencari jawaban ditempat lain atau kenyataan yang lain..."...Ketika kenyataan ada didepan mata, tidak harus selalu dihadapi dengan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan, apalagi mati-matian mencari jawaban.Apa pernyataan itu cukup memuaskan?Pada awalnya tidak.Kenyataan yang lain? maksudnya?Bahwa terkadang sesuatu memang seperti itulah adanya.Lalu aku bertanya, kenapa?Karena ada Yang Maha, katanya.Lalu aku berhenti bertanya...

Achie, feb 2005

Kau memasuki daerah terlarang, sayang...

Aku bertanya padamu, tahukah kau bagaimana proses penciptaan sebuah dunia?
Tahukah kau bahwa setiap mahluk yang bernafas dan benda yang tidak bernafas mempunyai dunianya sendiri?
Ho ho ho ho...
Kau hirup udara pagi dan kau hindari malam.
Dari apa yang diajarkan, udara pagi itu baik dan malam itu tidak baik.
Bagimu selalu ada baik dan tidak baik.
Hanya itu yang penting bagimu dan hanya itu yang kau katakan pada dirimu sendiri.
Aku katakan bahwa baik dan tidak baik itu tidak memiliki garisnya sendiri.
Ho ho ho ho...
Ketika kita berada dibawah atap yang sama, kau menengadah ke langit berharap menatap bintang, yang kau temukan hanya langit tanpa bintang.
Lalu kau kembali ke pembaringanmu dengan rasa kecewa karena langit tak menjawab harapanmu.
Ho ho ho ho...
Apa kau tahu bahwa awan menyembunyikan bintang untuk dirinya sendiri?
Seandainya kau tahu dibalik awan tersedia sejuta bintang untukmu tentu kau takkan menyerah dalam kekecewaanmu.
Tentu kau tidak tahu,
Matamu tidak bisa menembus lapisan awan tapi sebenarnya hatimu bisa hingga keindahan malam yang kau inginkan dapat kau temui.
Aku katakan bahwa hatimu tidak cukup tangguh.
Ho ho ho ho...
Dibalik awan ada dunia lain yang penuh rahasia.
Dibalik awan ada nafas sang bintang dan misteri antariksa.
Ho ho ho ho...
Aku katakan bahwa kau memasuki daerah terlarang, sayang...

Achie, March 2005

Aku mencari hatiku

maka tanyalah pada matahari dimanakah ia seharusnya bersinar
dan tanyalah pada ombak dimanakah seharusnya ia berderu
kepada ombak aku bertanya
dan laut menghembuskan suara
kepada matahari aku bertanya
dan langit melukiskan jawaban
pada mereka tidak ada keraguanpada mereka tidak ada bisu dan hampa
maka aku kembali bertanya pada yang tidak bisu dan tidak hampa
dimanakah hatiku berada?
dan aku menunggu, menunggu. terus menunggu...
aku menemui langit yang berubah warna,
dimanakah hatiku berada?
aku menemui laut yang sewarna dengan langit,
dimanakah hatiku berada?
maka aku berpikir tentang kebisuan laut dan kehampaan langit
aku mencoba menjulang keatas dan tenggelam begitu dalam
semakin keatas semakin menyekat,
semakin kedalam semakin terikat dalam pesona suram
mereka bisu, mereka hampa !
aku menjejakan kakiku pada pertiwi
menunggu dan mencari,
dimanakah hatiku berada?

Achie

Rinduku buat dia

Anak Adam yang kusayang, kutimang kau sejak rahim ibu melepas tali pusarmu.
Anak Adam yang kusayang, kubagi tawa kanak-kanak dalam lembut bibirmu.
Anak Adam yang kusayang, kugenggam tanganmu kemana jalan membawa masa kecil kita.
Anak Adam yang kusayang, kusapih nafas kekuatan selepas kau melihat dunia.
Rangkai bunga berubah menjadi sejuta kelopak gugur, dan sumbu yang hampir padam kau putuskan menjadi asap...naik tinggi ke langitNya.
Kau lepas tanganku pada masa yang telah lalu.
Dimana telinga sang Nabi ketika rebana berkumandang?
Dimana mata yang Maha ketika jiwa meminang surga?
Dimana rasa sang pujangga ketika bait memintanya sampaikan sayang dari bumi?
Buah hati Hawa meminta jiwa anak Adam berpulang pada hati yang menantinya.I
a tahu pintanya sia-sia.
Langit tertutup dan doa tak sampai padamu.
Telinga sang Nabi, mata yang Maha dan rasa sang pujangga tak mengindahkan.
Seperti apa surga?
Seperti apa duniamu?
Apa masih ada aku disana?
Tunggu aku.. sedikit lagi...
Karena rindu tak dapat menunggu lebih lama dalam harap-harap cemas.
Karena janji tak lagi dapat lagi dipenuhi...
Jika, dan hanya jika kau menungguku maka jalan yang tersisa semakin pendek.
Jika, dan hanya jika kau masih menyayangku maka hidup tak lagi abu-abu.
Tahun berganti, apapun itu pasti terjawab...
Anak Adam yang kusayang, tunggu aku... sedikit lagi..
Dan bukakan pintu atas nama cinta dan kerinduan...

Achie, March 2005
De Sonny... aku kangen sama kamu!!Rasanya gak adil kamu pergi lebih dulu daripada aku, padahal begitu banyak orang yang menyayangmu. Semoga kamu masih sayang aku dalam kenangan waktu kecil kita yang singkat...

Face your fear

Suatu hari aku memutuskan untuk berjalan ke suatu tempat. aku sudah tahu kemana tujuanku. aku sangat ingin kesana. dadaku bergelora karena begitu ingin kesana, sampai aku mengorbankan segalanya demi pergi ke tempat itu.Perjalananku ini amat jauh. aku sudah mempersiapkan perbekalan yang cukup. segala benda yang kupikir akan kubutuhkan sudah kusiapkan. pokoknya persiapan sudah matang dan aku yakin aku tidak akan kekurangan apapun diperjalanan nanti. semua kutinggalkan ditempatku berdiri saat ini karena aku tidak berencana untuk kembali. aku yakin aku akan menetap ditempat itu.Tepat sebelum aku berangkat, tiba-tiba tali sepatuku putus. aku mengganti tali sepatu itu dengan yang baru dan meninggalkan yang lama ditempatku berdiri. kemudian berangkatlah aku dengan mantap.Satu hari aku sudah berjalan. aku lapar sekali. aku tahu aku punya bahan makanan yang cukup banyak. kalau masih kurang, aku masih bisa hidup dari alam. aku tidak takut kelaparan.Dua hari aku berjalan. hujan turun lebat. aku tidak takut. aku punya tenda dan kantung tidur, juga selimut yang akan menghangatkan tubuhku dari udara dingin dan air hujan.Tiga hari aku berjalan. Panas terik menyengat. aku tidak takut. banyak pepohonan yang bisa dijadikan tempat berteduh.Empat hari aku berjalan. aku kehausan. aku tidak takut. banyak sungai yang airnya bisa kuminum untuk menyegarkan dahagaku.Lima hari aku berjalan. aku kesepian. sejak awal aku berjalan sendiri. tidak ada seorangpun yang menemaniku. tapi itu juga tidak masalah. terkadang aku bertemu dengan pejalan kaki atau petani yang bisa diajak bicara sebentar. kalaupun tidak ada mereka, aku masih menemui bintang, bulan, bunga, burung, kelinci ataupun serangga yang bisa kuajak bicara meskipun mereka tidak menyahut dengan bahasa manusia.Enam hari aku berjalan. aku tersesat dihutan. rumput liar yang lebih tinggi dariku membuatku kehilangan jalan. aku tidak takut. aku punya pisau untuk memotong rumput dan ranting yang menyakiti kakiku. pohon-pohon yang tinggi bisa kutandai agar aku tidak berputar-putar didalam hutan. aku membuka jalan sedikit demi sedikit untuk keluar dari hutan. aku tidak takut dengan kerimbunan pohon yang menutup sinar matahari. aku tidak takut dalam gelapnya hutan yang membuatku tidak tahu kapan siang dan kapan malam.Tujuh hari aku berjalan. aku masih didalam hutan. aku benar-benar tersesat. aku tidak takut dan tidak panik. aku yakin pada akhirnya aku akan keluar dari hutan ini. dibalik hutan inilah tempat tujuanku. aku hampir tiba disana.aku berjalan dan terus berjalan... aku memotongi rumput yang tiada habis...Aku mendengar suara dari balik semak didepanku... gemerisik daun membuka semak belukar... ada sesuatu disana yang tidak bisa kuduga-duga.Ular besar berdiri didepanku... ia menatapku dengan matanya yang mengerikan... matanya bertemu dengan mataku. ia menguasaiku dengan tatapannya yang mematikan. lidahnya terjulur... ia membuka mulutnya...Aku akan digigit... aku akan terkena bisa ular... aku akan mati... mati ditempat ini...Badanku menggigil. kengerian merebak keseluruh tubuhku. lututku gemetaran. aku takut mati. aku takut ular itu mengigitku. aku takut sekali.Aku panik...takut... otakku buntu. aku tidak dapat memikirkan apapun selain lari.Aku berlari sekuat tenaga. Aku berteriak minta tolong tapi tidak ada seorangpun yang datang. aku terus berlari dan berlari...berteriak dan terus berteriak. Aku berlari tak tentu arah, kemanapun aku akan berlari yang penting ular itu jauh dariku. sejak kecil aku takut ular dan aku takut mati. aku berdoa dalam hati, Ya Tuhan kemanapun aku berlari tolong jauhkan aku dari ular dan kematian. aku takut sekali.Aku berhenti disebuah pohon lainnya. nafasku memburu. dadaku sesak karena terlalu lama berlari. kepalaku berdenyut-denyut. sudah berapa lama aku berlari? dimana aku? seberapa jauh aku berlari? otakku tidak dapat dibuat berpikir, ketakutan masih merajalela dalam tubuh dan jiwaku. kemudian aku menengadah keatas, aku mencoba mencari cahaya untuk mengetahui siang atau malam yang sedang berkuasa.Aku melihat ular kedua. ular itu bergelantungan diatas pohon. matanya lagi-lagi beradu pandang dengan mataku. ia menjulurkan lidahnya yang bercabang. ular kedua itu jauh lebih besar dari yang pertama.Belum juga hilang lelahku, dengan nafas yang tersegal-segal aku berlari. aku terus berlari. aku berteriak dan berlari.... dan ketika aku berlari, kakiku tidak dapat berhenti berlari. maka aku menyerahkan semua pada kakiku. jangan berhenti, kalau aku berhenti aku akan bertemu ular ketiga dan keempat dan seterusnya. maka kakiku terus membawaku pergi tanpa tahu arah dan tujuan.Aku tersandung sebuah batu besar. kakiku yang memang tak bermata tidak melihat batu sebesar itu sehingga menabrak begitu saja. aku terjatuh. langkahku terhenti. kusadari nafasku hampir habis. energiku lenyap. aku lelah sekali. kembali aku bertanya-tanya, sudah seberapa jauh aku berlari? aku menoleh kebelakang. tidak ada ular. tidak ada hutan. aku sudah keluar dari hutan. hmm... sudah berapa lama aku berlari? aku benar-benar tidak ingat.Aku memandang sekeliling. dimana aku? apakah aku berlari mendekati tempat itu atau malah menjauh? aku mengamati keadaan sekitar. rasanya aku begitu mengenal tempat ini. pohon cemara, semak mawar dan jalan kecil yang memanjang. semua ini sudah pernah kulihat sebelumnya. aku duduk diatas batu. mencoba mengingat-ingat. kemudian aku menemukan sebuah tali warna merah yang sudah kotor. aku mengenali tali merah itu.Ini tali sepatuku yang putus sebelum aku berangkat. ya, ini tempatku waktu aku mulai berjalan tujuh hari yang lalu.Aku kembali pada tempat yang sama ketika aku belum memulai perjalanan...

Terkadang ketika kita ingin mencapai sesuatu, selalu ada hambatan yang diyakini tidak dapat diatasi. ketakutan akan suatu hal itulah yang disebut hambatan. ketakutan akan membuat kita bukan hanya berdiam ditempat dan putus asa tapi juga kembali pada keadaan sebelum kita memulai, yang akhirnya membuat kita berputar-putar pada lingkaran bukannya keluar dari lingkaran dan sesuatu yang sangat diinginkan hanya tinggal khayalan yang mematikan.Face your fear, maybe that's what you need...

Achie, feb 2005

Daun dan Kolam

hari itu hujan turun setengah deras, setengah gerimis. aku berdiri didepan jendela. aku memperhatikan setiap tetes air yang menetes diatas daun-daun diatas pohon dan air yang menetes diatas kolam.beberapa hari kemarin panas matahari tidak memberi ampun pada yang membutuhkan hujan, atau setidaknya air untuk membasahi permukaan bumi yang mendidih. baik siang maupun malam cuaca lembab dan gersang. hari-hari panen bagi tukang es buah dan es puter yang hanya perlu berkeliling tak sampai seharian. namun juga hari-hari yang melelahkan bagi kipas angin yang dipaksa berputar terus menerus.ketika awan membuka sela-selanya dan menurunkan hujan pada hari itu, aku seperti mendengar sorak-sorak dari dedaunan dan pohon-pohon. suara-suara orang mendengkur dibalik kenyamanan cuaca juga tak kalah serunya. seperti ada pesta penyambutan. suasana gembira yang entah akan bertahan berapa lama. aku juga senang karna aku sendiri juga kepanasan.ketika tetes-tetes air hujan menghampiri dedaunan dan kolam, keduanya menyambut gembira. setiap tetes seakan begitu berharga bagi mereka. rintikan yang menetes dipermukaan kolam, menimbulkan riak, berpadu dengan rintikan yang menetes pada permukaan daun menjadi pemandangan yang menenangkan bagi mereka yang menikmatinya.kemudian aku berpikir perihal daun dan kolam. jika dilihat dari segi keindahan, perpaduan itu memang merupakan sesuatu yang indah, begitu juga jika dinikmati sendiri-sendiri. namun jika dilihat dari segi kebutuhan, apakah daun dan kolam membutuhkan hal yang sama yaitu air hujan?mungkin sebenarnya sama-sama membutuhkan namun untuk tujuan yang berbeda. daun dan pohon membutuhkan air untuk tetap hidup. sedangkan kolam membutuhkan air untuk tetap indah. hidup dan keindahan, mana yang lebih penting? mereka berdampingan namun terkadang tak bisa menentukan mana yang utama. hidup tanpa keindahan sangat membosankan namun keindahan tanpa hidup adalah mati.daun dan pohon tidak bisa menghasilkan air itu dari dirinya sendiri, ia hanya mampu menerima. setelah menerima kemudian ia akan hidup dan menghasilkan sesuatu yang lain, oksigen misalnya. kolam tidak bisa menghasilkan air namun bukanlah kolam yang indah jika tidak ada airnya. ia hanya menerima dan menampung apa yang sudah ia terima. apa faedahnya bagi yang hanya menampung dibanding yang menerima untuk tetap hidup? jika dalam satu minggu kolam tidak diisi air, ia akan tetap memiliki air. lain halnya dengan daun, ia akan mati jika dalam satu minggu ia kekurangan air.cinta tak ubahnya dengan daun dan kolam. apa faedahnya cinta bagi mereka yang sudah memilikinya? hanya akan membuat hidup mereka lebih indah. lain halnya dengan mereka yang tidak memiliki cinta, mereka akan mati karna kekurangan cinta. menerima dan menampung berbeda dengan menerima untuk tetap hidup. begitu juga dengan cinta. cinta yang ditampung hanya menghasilkan keindahan bagi yang menerima namun cinta yang diberi untuk tetap hidup akan menghasilkan sesuatu yang lain dan berujung pada keindahan. sayangnya, terlalu banyak cinta akan binasa.mana yang anda pilih?

Achie

Angin

Dia datang dan pergi seperti angin.Bisakah kamu beritahu aku bagaimana bentuk angin? Apa warna angin? Dan darimana datangnya angin?Aku rasa tidak mungkin.Kamu hanya dapat merasakan kehadirannya. Sekujur tubuhmu menerimanya. Setiap detak kamu membutuhkannya.Tapi ia tidak tinggal selamanya.memang itu sifatnya, ia akan berkelana. Suatu hari ia akan datang lagi, dan pergi lagi.Begitu terus sampai aku mati.Ia begitu saja hadir karena aku butuh, Tentang itu, ia lebih dulu tahu.Kira-kira begitulah yang ia lakukan padaku.
Dedicated to : Juan
Happy Valentine.