Face your fear
Suatu hari aku memutuskan untuk berjalan ke suatu tempat. aku sudah tahu kemana tujuanku. aku sangat ingin kesana. dadaku bergelora karena begitu ingin kesana, sampai aku mengorbankan segalanya demi pergi ke tempat itu.Perjalananku ini amat jauh. aku sudah mempersiapkan perbekalan yang cukup. segala benda yang kupikir akan kubutuhkan sudah kusiapkan. pokoknya persiapan sudah matang dan aku yakin aku tidak akan kekurangan apapun diperjalanan nanti. semua kutinggalkan ditempatku berdiri saat ini karena aku tidak berencana untuk kembali. aku yakin aku akan menetap ditempat itu.Tepat sebelum aku berangkat, tiba-tiba tali sepatuku putus. aku mengganti tali sepatu itu dengan yang baru dan meninggalkan yang lama ditempatku berdiri. kemudian berangkatlah aku dengan mantap.Satu hari aku sudah berjalan. aku lapar sekali. aku tahu aku punya bahan makanan yang cukup banyak. kalau masih kurang, aku masih bisa hidup dari alam. aku tidak takut kelaparan.Dua hari aku berjalan. hujan turun lebat. aku tidak takut. aku punya tenda dan kantung tidur, juga selimut yang akan menghangatkan tubuhku dari udara dingin dan air hujan.Tiga hari aku berjalan. Panas terik menyengat. aku tidak takut. banyak pepohonan yang bisa dijadikan tempat berteduh.Empat hari aku berjalan. aku kehausan. aku tidak takut. banyak sungai yang airnya bisa kuminum untuk menyegarkan dahagaku.Lima hari aku berjalan. aku kesepian. sejak awal aku berjalan sendiri. tidak ada seorangpun yang menemaniku. tapi itu juga tidak masalah. terkadang aku bertemu dengan pejalan kaki atau petani yang bisa diajak bicara sebentar. kalaupun tidak ada mereka, aku masih menemui bintang, bulan, bunga, burung, kelinci ataupun serangga yang bisa kuajak bicara meskipun mereka tidak menyahut dengan bahasa manusia.Enam hari aku berjalan. aku tersesat dihutan. rumput liar yang lebih tinggi dariku membuatku kehilangan jalan. aku tidak takut. aku punya pisau untuk memotong rumput dan ranting yang menyakiti kakiku. pohon-pohon yang tinggi bisa kutandai agar aku tidak berputar-putar didalam hutan. aku membuka jalan sedikit demi sedikit untuk keluar dari hutan. aku tidak takut dengan kerimbunan pohon yang menutup sinar matahari. aku tidak takut dalam gelapnya hutan yang membuatku tidak tahu kapan siang dan kapan malam.Tujuh hari aku berjalan. aku masih didalam hutan. aku benar-benar tersesat. aku tidak takut dan tidak panik. aku yakin pada akhirnya aku akan keluar dari hutan ini. dibalik hutan inilah tempat tujuanku. aku hampir tiba disana.aku berjalan dan terus berjalan... aku memotongi rumput yang tiada habis...Aku mendengar suara dari balik semak didepanku... gemerisik daun membuka semak belukar... ada sesuatu disana yang tidak bisa kuduga-duga.Ular besar berdiri didepanku... ia menatapku dengan matanya yang mengerikan... matanya bertemu dengan mataku. ia menguasaiku dengan tatapannya yang mematikan. lidahnya terjulur... ia membuka mulutnya...Aku akan digigit... aku akan terkena bisa ular... aku akan mati... mati ditempat ini...Badanku menggigil. kengerian merebak keseluruh tubuhku. lututku gemetaran. aku takut mati. aku takut ular itu mengigitku. aku takut sekali.Aku panik...takut... otakku buntu. aku tidak dapat memikirkan apapun selain lari.Aku berlari sekuat tenaga. Aku berteriak minta tolong tapi tidak ada seorangpun yang datang. aku terus berlari dan berlari...berteriak dan terus berteriak. Aku berlari tak tentu arah, kemanapun aku akan berlari yang penting ular itu jauh dariku. sejak kecil aku takut ular dan aku takut mati. aku berdoa dalam hati, Ya Tuhan kemanapun aku berlari tolong jauhkan aku dari ular dan kematian. aku takut sekali.Aku berhenti disebuah pohon lainnya. nafasku memburu. dadaku sesak karena terlalu lama berlari. kepalaku berdenyut-denyut. sudah berapa lama aku berlari? dimana aku? seberapa jauh aku berlari? otakku tidak dapat dibuat berpikir, ketakutan masih merajalela dalam tubuh dan jiwaku. kemudian aku menengadah keatas, aku mencoba mencari cahaya untuk mengetahui siang atau malam yang sedang berkuasa.Aku melihat ular kedua. ular itu bergelantungan diatas pohon. matanya lagi-lagi beradu pandang dengan mataku. ia menjulurkan lidahnya yang bercabang. ular kedua itu jauh lebih besar dari yang pertama.Belum juga hilang lelahku, dengan nafas yang tersegal-segal aku berlari. aku terus berlari. aku berteriak dan berlari.... dan ketika aku berlari, kakiku tidak dapat berhenti berlari. maka aku menyerahkan semua pada kakiku. jangan berhenti, kalau aku berhenti aku akan bertemu ular ketiga dan keempat dan seterusnya. maka kakiku terus membawaku pergi tanpa tahu arah dan tujuan.Aku tersandung sebuah batu besar. kakiku yang memang tak bermata tidak melihat batu sebesar itu sehingga menabrak begitu saja. aku terjatuh. langkahku terhenti. kusadari nafasku hampir habis. energiku lenyap. aku lelah sekali. kembali aku bertanya-tanya, sudah seberapa jauh aku berlari? aku menoleh kebelakang. tidak ada ular. tidak ada hutan. aku sudah keluar dari hutan. hmm... sudah berapa lama aku berlari? aku benar-benar tidak ingat.Aku memandang sekeliling. dimana aku? apakah aku berlari mendekati tempat itu atau malah menjauh? aku mengamati keadaan sekitar. rasanya aku begitu mengenal tempat ini. pohon cemara, semak mawar dan jalan kecil yang memanjang. semua ini sudah pernah kulihat sebelumnya. aku duduk diatas batu. mencoba mengingat-ingat. kemudian aku menemukan sebuah tali warna merah yang sudah kotor. aku mengenali tali merah itu.Ini tali sepatuku yang putus sebelum aku berangkat. ya, ini tempatku waktu aku mulai berjalan tujuh hari yang lalu.Aku kembali pada tempat yang sama ketika aku belum memulai perjalanan...
Terkadang ketika kita ingin mencapai sesuatu, selalu ada hambatan yang diyakini tidak dapat diatasi. ketakutan akan suatu hal itulah yang disebut hambatan. ketakutan akan membuat kita bukan hanya berdiam ditempat dan putus asa tapi juga kembali pada keadaan sebelum kita memulai, yang akhirnya membuat kita berputar-putar pada lingkaran bukannya keluar dari lingkaran dan sesuatu yang sangat diinginkan hanya tinggal khayalan yang mematikan.Face your fear, maybe that's what you need...
Achie, feb 2005

0 Comments:
Post a Comment
<< Home